Maaf karena aku masih saja menulis hal - hal tentangmu, masih membiarkan otakku menggeliat dengan liar lalu membiarkan imajinasiku menciptakan konstelasi tanpa batas yang masih melibatkan dirimu. Ku akui bahwa diriku masih terlalu lemah untuk mengikhlaskan kepergianmu. Bahwa masih ada setumpuk angan diruang bawah sadarku yang terus menerus menyuarakan senandung kesedihan seraya mengiring kepergianmu.
Aku mungkin bisa dengan mudah mempertahankan senyum dan berlakon bahwa diriku baik - baik saja, tapi hatiku tidak mudah untuk berbohong dan memalsukan apa yang sesungguhnya masih terasa. Sekalipun sudah kukerahkan segala tenaga yang masih tersisa, hatiku masih saja bersikeras untuk tetap mempertahankan rasa, dan alhasil setiap tulisanku pun menjadi saksinya.
Namun aku sadar, bahwa tak ada lagi yang perlu aku pertahankan, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan diriku terbunuh oleh duka, sedangkan dirimu mungkin saja sedang tertawa bersamanya di belahan bumi yang lain. Aku mengerti bahwa seburuk apapun luka yang aku alami di masa lalu, aku tetaplah manusia biasa yang seharusnya bisa menghirup kebahagiaan tanpa beban, sama sepertimu.
Aku sadar bahwa segala sesuatu tentang kita sudah benar - benar berakhir, tak perlu lagi mempertahankan rasa sambil berharap kau akan kembali dan membuat setiap lukaku lahir. Karena inilah saatnya, untukku meninggalkan setiap rasa yang sudah sepatutnya terlupakan. Setiap harap yang entah atas dasar apa kupertahankan selama ini, sedangkan kamu untuk sekedar peduli pun tak mungkin.
Akhirnya, ku ucapkan terimakasih untuk segala kisah yang kau torehkan diatas kertas putih lusuh kehidupanku. Setiap hal baik dan hal buruk di masa lalu. Dan dengan ini kusampaikan salam perpisahan untukmu, berbahagialah karena diriku yang hanya menjadi beban bagimu. Akhirnya aku pamit undur diri.
Biarkan ini menjadi tulisan terakhirku tentangmu, terimakasih pernah menjadi sekelebat inspirasi di ruang hampa dalam pikiranku.
Untuk setiap hal yang terlambat, maafkan aku
-AF-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar